How To Download : Klik Link Video - Lihat Pojok Kanan Atas - Tunggu 5 Detik - Klik Skip Ad - Selamat Menikmati
Minggu, 06 Desember 2015
Selasa, 13 Oktober 2015
Sabtu, 10 Oktober 2015
Jumat, 09 Oktober 2015
Kamis, 08 Oktober 2015
[024] Threesome di Kostan Like? Share
Threesome di Kostan – gay amatiran, gay sex movie
lokal, video gay sex brondong, homo indonesia web cam, vidio gay artis
lokal, homo nyepong dimobil, aris gay lokal nyepong kontol, www.gay
brondong lokal.com, link film gay tentara indonesia, homo ngentot
tresome, video cowok pulang sekolah ngocok, Video Gay Amatir, satpam gay
ML video, china older gay x tube, blog video gay lokal, link indo gay
video, video satpam coli lokal indonesia, video satpam coli lokal
indonesia, video gay lokal, download link video omom lokal, Gay bocah,
brondong ml, video gay amatir, gay amatiran, Gay porn sma, link bokep
gay lokal, gay porno nyepong, x videos gay indo, gay bayaran, Foto gay
indo sex bersama temannya, link gay ml lokal, foto gay lokal sex,
digenjot om gay, bokep satpam gay indonesia, video gay satpam, om om gay
indonesia, om om gay indonesia, video gay seks ganas ganas, video gay
lokal indonesia, gay muda blogspot, video om gay male tube, gay sex
movie lokal, blog video sex om brondong, Porno Brondong gay lokal, blog
video gay paggilan buat muasin sex om-om, gudang gay, free video aris
gay indonesia, video gay om sex, XXX.GAY KONTOL.COM, vidio foto gay arab
nen, foto homo gay sex pemuda indonesia, gay indo video mobil, video
gay indo mandi, Foto gay lagi nyepong, gay cowok lokal indonesia, photo
gairah porno sex, link hot gay movies, bocah gay sepong, foto gay
kencing, bocah ngentot movie, video diisep tetengga video gay, gay
lokal, pijat plus plus gay video, blog video gay men.com, lokalxnxx com,
x muscle gay videos, video gay lokal, iran coli porn free video, sex
gay boys lokal, amatiran gay, ml gay xx video, vIdeo Bf gaY, video
ngintip pria kencing, LOKAL SEXI GAY VIDEO, www.gay video indonesia
gratis, www.videosgayboy x.com, video seks lokal, video gay ml, xxx
lokal mobil, gay hot lokal, poto sex om om gay, amatir ngewe video,
video link gay blogger, gay homo coli, gay indonesia video free, video
sex pria lokal, video gay porno you tube gairah, xx om om gay, gay video
muncrat twitter, www-gay-indonesia-fre.com, om om nyepong brondong gay,
video teen kencing, link video gay satpam, foto video ngentot di warnet
Cerita Pengalaman Pertama Ngemut Kontol Brondong
hay....lama juga aku gak nongol lagi menceritakan kisah aku dalam mengayomi
nafsu gayku yang penuh bejat ini. namun dalam sekian lama, cuma satu pengalaman
yang akan saya bicarakan yang berhubungan dengan pelampiasan nafsu dan
pengalaman ini merupakan pengalaman yang tidak pernah aku lupakan. pengalaman
ini merupakan pengalaman pertama aku merasakan rasa dan nikmatnya kontol berada
dalam mulut. ihhh...enak dan kenyal tanpa rasa namun nikmat dimulut.....anjing.
awalnya,aku pulang dari tempat kerja bersama rekan kerjaku bernama Kak
Ratna. Aku pulang sekitar jam 12-an malam, maklum pekerja malam. jarak tempat
kerja dari rumah yah,,,lumayan jauh. dan ini tidak biasanya aku membonceng
rekan kerja, biasanya hanya aku yang dibonceng ama sepupu. ini kali pertama
juga membonceng kak ratna karena katanya mau cepat pulang dan tidak mau
menunggu. dia tidak mau menunggu sebab anaknya yang kecil ditinggal dirumah.
Rabu, 07 Oktober 2015
Selasa, 06 Oktober 2015
Kamis, 01 Oktober 2015
Nasib Anak Kost Gay
Nasib Anak Kost
Saya mahasiswa tingkat 3 sebuah perguruan tinggi negeri di Bandung.
Karena saya bukan asli orang Bandung, saya tinggal di sebuah rumah kost
khusus cowok. Kamarnya ada 10, penghuninya juga 10 orang. Kebetulan
mahasiswa semua.
Salah satu hal yang saya sukai dari tempat kost saya adalah kamar
mandinya. Bukan karena bersih atau higienisnya. Bukan juga karena
desain, warna cat atau karena sebab yang lainnya. Yang aku sukai dari
kamar mandi itu adalah jumlahnya. Ya, jumlahnya yang hanya 3 buah itu
membuat kami harus berbagi kamar mandi. Anda bisa bayangkan apa yang
pasti terjadi kalau orang 10 harus berbagi 3 kamar mandi. Yang paling
heboh kalau pagi-pagi semua ingin pakai kamar mandi. Kadang-kadang kami
'terpaksa' mandi bareng untuk menghemat waktu. Sebetulnya saya senang
aja kalau harus mandi bareng. Justru itu yang saya tunggu. Kapan lagi
bisa ngeliat onderdil orang kalau nggak 'terpaksa' begitu. Belum lagi
kalau kita lagi mandi, tiba-tiba ada orang yang nggak tahan ingin
kencing langsung bergabung dan dengan santainya mempertontonkan wilayah
rahasianya.
Di antara 9 orang teman kost saya, ada 1 orang yang jadi "man of my
dream". Namanya Ary, kamarnya pas sebelahan dengan kamar saya. Orangnya
keren, rambut berombak agak panjang, kulitnya putih mirip Indo,
tingginya 180-an, bodinya terpelihara karena dia rajin olah raga dan
hobinya pakai jeans ketat yang menonjolkan dengan jelas kelakiannya.
Kayaknya sih barangnya besar banget!
Kami sesama penghuni rumah kost sering ngobrol. Sekali di kamar
satu, lain kali di kamar yang lain. Juga saling pinjam kaset dll. Saya
paling senang ngobrol dengan Ary, apalagi di kamarnya sendiri. Soalnya
dia selalu hanya pakai celana gombrang setengah paha tanpa apa-apa lagi
kalau sedang di kamarnya. Saya bisa puas memandangi bodinya yang berisi,
dadanya yang full otot. Yang lebih nggak nguatin adalah bulu-bulu hitam
halus di dadanya. Kalau sedang kebetulan celananya agak melorot saya
bisa lihat sebagian bulu baoknya (begitu orang Bandung nyebut bulu
genital/jembut) yang berbaris rapi menuju udelnya. Kadang-kadang dia
juga nggak pakai celdal di bawah celananya itu sehingga kalau dia jalan
saya bisa dengan jelas melihat sesuatu yang 'gundal-gandul' di dalamnya.
Nah kalau pas gitu, kalau sedang beruntung, waktu dia sila atau
mengangkat sebelah kakinya saya bisa liat bijinya yang tertutupi bulu
hitam. Mana tahan......... Sayangnya cuma segitu aja yang bisa saya liat
selama ini. Saya berharap dan berusaha untuk bisa melihat lebih jauh
lagi.
Sejauh ini dia nggak pernah menunjukkan gejala dia itu gay, walaupun
kalau ngobrol dia nggak pernah nyinggung-nyinggung masalah cewek,
apalagi cerita mengenai ceweknya. Aku mau tanya, takut patah hati kalau
tau dia suka cewek atau punya pacar. Jadi saya anggap aja dia itu
'mengandung harapan'
Yang jelas, dia nggak pernah keliatan keberatan kalau saya pandangi
badannya sambil ngobrol. Malahan sering kali dia seperti sengaja (aku
ge-er kali ya !) mengangkat kakinya supaya saya bisa lebih jelas melihat
anatomi tubuhnya, atau berkali-kali membetulkan letak penisnya di depan
mata saya. Kalau nggak kuat nahan, kadang-kadang saya 'dengan tidak
sengaja' menyentuh badannya atau kakinya atau mana aja, yang penting
bisa megang dia. Mau mencoba lebih jauh, takut. Beberapa kali pernah
saya mencoba lebih jauh kepada lelaki lain yang saya sukai, yang saya
dapat cuma pandangan jijik dan selanjutnya penghindaran. Belajar dari
pengalaman, saya nggak mau lagi begitu. Jangan sampai saya nggak bisa
lagi ngobrol di kamarnya dan memandangi bodinya.
Terhadap si Ary ini paling maksimal juga saya hanya berani mijetin
tengkuknya kalau dia mengeluh nyeri kuduk. Memang satu kelebihan saya
adalah pintar memijat (it will be my entrance door in my next story
about Ary and me). Sebenernya memijat buat saya seperti simbiosis
mutualisme (kata pelajaran Biologi). Yang dipijat dapat enak, aku dapat
kesempatan megang-megang badan laki-laki. Kadang-kadang saya dapat
kesempatan mijitin orang sampai nyerempet-nyerempet daerah bahayanya,
walaupun saya harus berusaha mati-matian untuk tidak menyentuh wilayah
terlarang itu. Lagi-lagi dengan alasan takut dihindari orang.
Kembali ke masalah Ary. Satu-satunya jalan untuk bisa melihat dia
lebih jauh (maksudnya melihat dia 'totally naked') adalah mencari
kesempatan mandi bersama. Beberapa hari saya pelajari pola hidupnya,
kapan dia bangun, kapan dia mandi, kapan dia pergi, kapan dia pulang
dll. Sayangnya sampai saat ini saya nggak pernah berhasil satu kamar
mandi dengan dia. Dia selalu mandi sebelum saya bangun atau pergi kuliah
nggak pake mandi.
Saya putar otak, mikirin gimana caranya bisa melihat dia telanjang.
Suatu sore, sambil mikir-mikir cara melihat dia telanjang, saya
terlentang di kasur memandang langit-langit. Eh, nggak taunya ada jalan !
Ternyata di langit-langit kamar saya ada jalan untuk masuk ke para-para
(ruang antara genteng dan langit-langit). Selama ini nggak gitu
keliatan karena memang sedikit tersamar.
"Nah, ini dia jalannya!!", kataku. Saya coba dorong-dorong, penutup
itu terbuka. Kepala saya melongok ke dalam para-para, lalu saya pun
menyusun rencana ........
Besok paginya sengaja aku nggak masuk kuliah. "Pusing", begitu
alasanku. Setelah semua orang pergi, mulailah aku melaksanakan rencana
itu. Dengan membawa paku, sekrup dan obeng saya naik ke para-para,
menuju atas kamar Ary. Saya mencari tempat yang cocok, pas di atas
kasurnya, lalu saya mulai melubangi langit-langit kamarnya. Tidak
terlalu besar sehingga dia tidak akan curiga, tapi cukup besar untuk
mengawasi apa yang terjadi di bawah sana. Pulang dia nanti saya akan
buru-buru masuk kamarnya, pura-pura pinjam kaset, sambil membersihkan
debu dan kotoran yang mungkin jatuh di atas kasurnya.
Ternyata semua sesuai dengan rencana!
Maka mulailah pengembaraan malam saya di atas para-para.
Dua-tiga-empat malam berlalu tampa kejadian berarti. Saya hanya bisa
liat dia tidur dengan pakaian hariannya - ya itu kolor doang !!
Lalu pada malam ke lima, waktu saya mulai bosen, tibalah saat yang
ditunggu-tunggu itu. Malam itu, ketika saya dengar dia menuju kamar
mandi untuk sikat gigi dan persiapan tidur, saya segera naik. Nggak lama
dia kembali. Saya dengar dia mengunci kamarnya. Dia naik ke atas
kasurnya. Dan - duh aduh - malam ini dia pakai sesuatu yang di luar
kebiasaan. Dia hanya memakai celana dalam brief warna putih. Jendolan di
depan cdnya jelas terlihat dan besar sekali. Rambut-rambut genitalnya
tampak lebih banyak. Wah, pokoknya bikin hatiku nggak karuan deh.
Dia bawa buku bergambar di tangannya. Mula-mula dia baca sambil telungkup. Agak kecewa juga saya, karena hanya bisa terbatas melihat bodinya. Kayaknya sih buku porno,
karena gambarnya seperti gambar orang-orang telanjang (nggak terlalu
jelas karena agak kecil). Nggak lama dia terlentang. Kepalanya diganjel
bantal 2. Tangan kanannya tetap memegangi buku, sementara tangan kirinya
mulai menyusup ke dalam celdalnya. Digosok-gosokkannya tangan itu di
dalam. Tampak dia menikmati sekali kegiatan itu. Lalu dia tampak
mengeluarkan tangannya dari dalam cd nya. Pemandangan menjadi tampak
lebih indah karena ternyata dia melintangkan penisnya ke arah kiri di
dalam cdnya. Keliatannya sih udah tegang banget dan besar banget.
Ujungnya tampak sampai ke pinggir pinggulnya. Dia gosok-gosok barangnya
dari luar cdnya sambil terus melihat-lihat buku itu. Tiba-tiba dia
lemparkan bukunya ke sudut kamar.
Kedua tangannya sekarang bergerak ke daerah kemaluannya.
Digelitikinya penisnya dengan kedua tangannya itu, lalu tangan kirinya
menyusup masuk ke daerah sasaran dan menarik penisnya hingga mengacung
ke arah pusar. Saya bisa liat sebentuk cendawan yang besar berwarna agak
kemerahan mencuat di atas elastik cdnya. Waduh, besar bener kontolnya
sampai2 celdalnya nggak muat ! Ujung kepalanya sampai hampir setinggi
udelnya. Masih dengan tangan kiri, dia mengusap-usap kepala itu,
terutama di seputar pinggiran kepala. Lalu dia elus-elus daerah bawah
kepala pas pertemuan kepala dengan batangnya yang berbentuk V terbalik.
Saya nggak kuat membayangkannya, karena di situlah daerah sasaran
terenak kalau saya sedang melayani diri saya sendiri. Nggak lama dia
turunkan elastik cdnya dan dikaitkan di bawah bijinya. Wow, tampak jelas
sekali penisnya tegang dan besar. Mungkin lebih dari 19 cm. Dan
bulu-bulunya lebat sekaliiii, sampai ke biji-bijinya! Diusap-usapnya
batang dan bijinya. Matanya keliatan merem melek keenakan. Kemudian dia
menarik botol Vaseline Intensive Care dari bawah bantalnya.
Dituangkannya ke atas penisnya, lalu kedua tangannya mulai
mengelus-elus burungnya dari ujung kepala menuju ke pangkalnya.
Bergantian tangan kiri dan kanannya mengelus-elus kontolnya. Mula-mula
daerah kepalanya doang, lama-lama diurut sampai ke bijinya.
Kadang-kadang dia mengkonsentrasikan usahanya di daerah seputar
kepalanya. Nafasnya keliatan mulai memburu. Nggak lama kemudian dia
turunkan celdalnya sampai lutut kemudian kedua kakinya membantu melepas
cdnya sama sekali sehingga dia bugil sebugil-bugilnya. Dia mulai lagi
gosok-gosok kontolnya. Makin lama makin cepat dan keliatan makin kuat.
Nafasnya terlihat makin cepat dan matanya menutup keenakan. Tiba-tiba
dia menghentikan kegiatannya.
Dijauhkannya tangannya dari daerah genitalnya. Dia tampak mengatur
nafas. Sekitar 2-3 menit kemudian dia mulai lagi. Begitu berulang-ulang.
Rupanya dia sedang mempraktekkan teknik memperlama orgasme. Kali ke 5
dia tidak mengurangi intensitas pengocokannya saat dia mendekati puncak.
Dia malah meremas pangkal kontolnya kuat-kuat dengan menggunakan tangan
kiri sementara tangan kanannya terus maju mundur di batangnya. Makin
lama makin cepat dan makin kuat. Kepalanya tampak membengkak karena
remasan pada pangkal penis itu. Lalu dia gosok-gosok kepala kontolnya
beberapa saat. Saya tau dia hampir sampai pada batasnya. Bener juga,
nggak lama kemudian sambil mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, kedua
tangannya dilepaskan dari kontolnya, lalu muatan berwarna putih itu
menyembur dengan kuatnya sampai mengenai muka dan sebagian rambutnya.
Setelah 5 - 6 kali semburan, Ary tampak lemas. Badannya tergeletak tak
bergerak beberapa saat. Tubuhnya penuh keringat. Nggak sadar aku
ternyata udah keluar juga!
Pelan aku turun dari para (karena takut ketahuan, juga karena lemas
setelah tegang menyaksikan atraksi seru), dan berangkat ke kamar mandi
untuk bersih-bersih. Malam itu aku tidur nyenyak sekali.
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi, waktu saya lagi asyik mandi
sambil membayangkan Ary dan apa yang dia kerjakan malam itu, kontol saya
ngaceng tanpa dikomandoi. Nggak tahan aku langsung menyabuni wilayah
kontol dan sekitarnya. Pas lagi asyik-asyiknya melayani diri sendiri,
tiba-tiba Ary masuk. Saya nggak sempat lagi berbalik. Dia sempat melihat
aku dengan kontol ngaceng dan daerah genital penuh dengan sabun !
Kontolku langsung lemes, tapi dia bilang "Terusin aja Lex, aku biasa kok
ngeliat orang onani" Wah, apa artinya tuh ...........
* * *
Aku nggak tau apa yang musti dikerjakan. Apa itu suatu sign positif
atau hanya akal-akalan dia untuk ngetes saya aja. Apa dia menduga bahwa
saya ini seorang G, lalu dia mau mastikan hal itu untuk kemudian
menmpermalukan saya di depan orang lain seperti yang sering saya orang
lakukan terhadap kaum kita ? Atau memang dia sering ngeliat orang
masturbasi ? Tapi di mana dan dalam keadaan bagaimana ?
Ary masih mengenakan celana favoritnya yang komprang dan setinggi
setengah paha itu. Cuma bedanya dia pakai T-shirt pagi itu. Dengan
tenangnya dia menuju pispot di pojok kamar mandi, menurunkan celana
komprangnya sedikit, dan menarik keluar senjata rahasia dari dalam Cdnya
(seperti biasa, elastiknya disangkutin di bawah bijinya yang berbulu
itu). Barang itu, ya barang itu yang saya saksikan dari ketinggian
beberapa malam yang lalu, saat ini ada di depan mata saya dan ada dalam
jangkauan tangan saya. Ah, andai saja saya bisa memegangnya saat
ini...........
Dari samping, barang itu keliatan besar juga, walaupun dalam keadaan
lemes. Kontol saya langsung agak ngaceng lagi ngeliat pemandangan
seperti itu. Selesai pipis, dia kembalikan penisnya ke dalam sarangnya.
Dinaikkannya celananya lalu sambil menghadap saya, seperti biasa juga,
dia betulin posisi kontol di dalam celananya lalu dia siap-siap ke luar
kamar mandi. Waktu ngeliat barang saya yang agak ngaceng itu dia hanya
komentar , " Wah, kontolmu gede juga ya !!!"
Malu, aku berbalik. Saya kira dia langsung ke luar, nggak taunya dia
malah mendekati saya. Dia memeluk saya dari belakang, tangannya memeluk
perut saya. Persentuhan bulu di perut saya dengan tangannya membuat
saya merinding dari kepala sampai ujung kaki saya. Badannya nempel rapet
ke bagian belakang badan saya. Saya merasa panas dingin dan gemetar. No
way out, no way to turn back. Saya biarkan saja dia begitu. Pantat saya
merasakan ada barang yang mengeras di dalam celananya. Terasa lebih
panas dari pada bagian tubuhnya yang lain yang nempel di punggung saya.
Lalu pelan-pelan tangan kirinya merayap menuju ke atas.
Digosok-gosoknya dada saya yang kebetulan juga berbulu, lebih lebat dari
yang dia punya. Agak geser ke samping, dia temukan puting susu saya.
Dia meremas-remas dan memijit-mijit puting itu, bergantian kanan dan
kiri. Sementara tangan .kanannya bergerak ke bawah dan tiba di pangkal penis saya. Tangan itu
terus menuju ke bawah dan sampai di kantung pelir saya. Jari-jarinya
bermain-main di seputar kantung itu. Menarik-narik, mengukur-ukur besar
kedua biji saya.
Kontol saya sudah ngaceng sengaceng-ngacengnya. Panjangnya sudah
mencapai maksimumnya (16 cm, kalau mau tau !) Rasa malu dan takut itu
hilang entah ke mana. Pokoknya yang penting hepi ..... Que sera sera
..........
Lalu tangan kanannya itu mulai bergerak ke atas. Disusurinya
permukaan bawah kontolku sampai ke perbatasan batang dengan kepala
burung (wah, seperti pelajaran mengenai pulau Irian saja !).
Jari-jarinya menari-nari di situ. Gila, rupanya dia tau persis tempat
paling enak untuk dimanipulasi.
Tangan kirinya nggak sabar langsung ikut bergabung. Dengan gerakan
cepat diambilnya air dalam gayung, tangan kirinya meraih sabun yang lalu
dicelupkannya ke dalam gayung itu. Masih dengan sabun di tangan, tangan
kirinya langsung menuju sasaran. Digosok-gosokkannya sabun itu ke
kontolku, lalu ke bulu-bulu baokku. Setelah menyimpan sabun, diambilnya
sedikit air lalu diusapkan ke regio genitaliaku yang sudah penuh dengan
sabun. Dikisik-kisiknya baokku seperti sedang mengeramasi daerah itu.
Dibikin begitu, daerah itu jadi penuh dengan busa sabun, memudahkan
jari-jarinya waktu dia mulai mengocok batangku. Tangan kanan dan kirinya
bergantian menyusuri batangku dari mulai ujung kepala sampai
pangkalnya, kemudian naik lagi ke kepala dst.
Makin lama gosokan dan kocokannya makin cepat, nafasku memburu,
kudengar juga nafasnya memburu di belakangku. Saya mulai mengerang dan
melenguh-lenguh keenakan. Saya merasa pinggulnya menggesek-gesek
pantatku, dari kiri ke kanan, kemudian ke kiri lagi, terus ke kanan
lagi. Begitu seterusnya.
Lalu pada satu titik, saya tidak bisa kembali lagi. Kedua tangan
saya menjulur ke belakang, mencengkeram erat pantatnya dan dalam
hitungan detik meriam saya memuntahkan larvanya yang berwarna putih susu
ke lantai bursa ..... eh, lantai kamar mandi. Tanpa bicara si Ary cuci
tangan, lalu menyiram kakinya dan keluar dari kamar mandi. Apa dia juga
menikmati sequel ini, saya nggak tau. Apa dia juga keluar saat ini, saya
juga nggak tau. Beberapa hari saya menghindar pertemuan dengan dia.
Malu, sungkan dan lain-lain perasaan bersatu.
Hanya satu hal yang pasti, saya musti balas kebaikannya ini. Tapi gimana caranya ???
* * *
Sore itu hari Sabtu. Jam baru menunjukkan pukul 6 lebih sedikit.
Semua orang pergi ke acaranya masing-masing, kecuali aku. Aku bengong
aja sendiri. Nggak ada janji dengan siapapun, nggak punya seseorang
untuk diapelin. Aku nggak tau bahwa hari itu akan jadi babak baru dalam
hidup saya.
Abis mandi, aku pakai kaos santai dan celana pendek (tanpa
underwear, biar lebih adem). Iseng, aku buka-buka file di komputerku.
Mulanya sih sekedar liat isi komputer lewat Windows Explorer. Akhirnya
mah, biasa, mentoknya ke folder favoritku. Itu tuh, gambar-gambar hasil
download internet (aku biasa surfing di War-net deket kampus. Jam-jam
kosongnya aku udah apal, maklum untuk download gambar2 yang 'cool'
sekaligus 'hot' untuk kita-kita tentu nggak bisa sembarang waktu !).
Gambar-gambar itu betul-betul panas, it certainly turned me on !
Lalu ada tulisan-tulisan yang aku ambil dari Men On the Net. Yang
menarik sore itu antara lain tentang pelajaran "menyedot" (ada di bawah
judul Tutorial, kalau ada yang mau liat langsung). Pelajarannya lengkap,
14 langkah untuk menjadi cocksucker yang handal. Wah, mantap man.
Pikiranku melayang ke mana-mana, persis seperti judul lagunya Januari
Kristi. Andai saja aku punya kesempatan untuk mempraktekkannya.
Lalu terdengar suara motor masuk pelataran. Tanpa liatpun aku udah
tau itu motor si Ary. Dia punya jadwal basket setiap Sabtu sore.
Biasanya sih pulang sebentar, mandi, ganti baju lalu ngacir lagi entah
ke mana. Dari dalam kamar, aku denger dia membuka kunci kamarnya. Nggak
lama, dia jalan ke kamar mandi. Ngelewatin kamarku yang sengaja kututup
pintunya, dia cuma teriak, "Lex, lu nggak ke mana-mana ?" "Nggak euy",
jawabku.
"Lagi ngapain lu ?", tiba-tiba dia buka pintu kamarku. Sepintas dia
keliatan udah mandi. Pakaiannya tetap yang itu; T-shirt butut dan celana
gombrangnya ("Wah, pakai celana dalam nggak ya?", pikiran nakalku mulai
beraksi). Cepat aku minimize Corel Photo Paint-ku yang lagi
memperlihatkan foto 3-in-1 ( Sambil loco barangnya sendiri, cowok yang
paling kiri nyedot yang tengah, yang tengah nyedot yang di kanan). "Lho,
nggak jalan lu Ry ?", tanyaku. "Nggak ah, lagi males gua ! Lagian
basket tadi capek banget", balasnya. Tanpa basa-basi dia langsung masuk
dan duduk di kasurku. Yang ada di layar monitor saat itu Freecells
kesukaanku. Dia memperhatikan dari belakang, ngobrol sana-sini yang
nggak jelas sambil sekali-sekali ngomentarin kartu mana yang musti
dipindahin.
Lalu pembicaraan berpindah ke basket. Dia ceritain tentang basketnya
sore itu. Aku nanggapin secukupnya, pokoknya jangan sampai dia keluar
lagi sore ini. "Kalau lu mau, gua bisa pijetin lu !", tiba-tiba mulutku
bicara. Aku nggak tau dari mana itu keberanian muncul. "Boleh juga", dia
bilang. And I thought it was my time to take the chance !!!!!
"Tiduran deh", kubilang sambil berdiri ambil minyak. Nggak lupa, aku
kunci pintu kamar. Sekedar jaga-jaga. Lalu dia telungkup, mukanya
dihadapkan ke kanan. Aku lalu duduk di samping kanan badannya. Matanya
terus ngeliatin aku. Aku mulai dari kaki kanannya. Mula-mula telapaknya,
lalu naik ke betis. Aku mengagumi kebagusan badannya. Well-built, kata
orang Amrik sih. Merasakan kekenyalan ototnya, juga bulu-bulu kakinya
yang cukup lebat, aku merasa celana aku menjadi agak sesak. Ada sesuatu
yang berdenyut-denyut di dalamnya.
Sampai di paha, aku singkapkan pipa celananya sampai batas
pantatnya. Matanya tertutup sekarang, mulutnya sedikit menyungging
senyum. Nggak ada reaksi lain selain mengangkat sedikit pahanya supaya
pipa celananya itu bisa naik maksimal. Malah pipa celana kirinya dia
sendiri yang singkapkan. Bingung juga aku, kenapa dia nggak ada reaksi
apa-apa sampai sejauh ini. Ya aku pijit aja pahanya yang berbulu itu
dari bawah ke atas. Waktu tanganku memijat paha bagian dalamnya, sengaja
aku mendorong jari-jari aku sampai menyentuh kantongnya. Aku pijit
pangkal pahanya agak lama. Tetap tanpa reaksi !!! Aku sendiri yang
kelimpungan.
Lalu aku pindah ke sebelah kiri badannya. Seperti tadi, mulai dari telapak kaki, kemudian betis dan berakhir di paha.
Kemudian aku beralih ke pantatnya. Sekali sentuh, aku bisa mengambil kesimpulan. Dia pakai
celana dalam. Aku tekankan kedua ibu jari ke daging pantatnya yang cukup
keras itu, dan aku buat gerakan melingkar. Belalainya di bawah sana
tentu merasakan tekanan itu. Sesuai pengalaman, kayaknya sih nggak ada
orang yang bisa tahan nggak ngaceng kalau pantatnya diperlakukan seperti
itu. Aku minta dia longgarkan kancing celananya supaya aku bisa memijat
pantatnya dengan lebih leluasa. Tanpa protes, dia ikutin. Malahan dia
sekalian menurunkan celana gombrangnya itu sampai lutut, kemudian dengan
menggunakan jari-jari kakinya, dia lepaskan celana itu sama sekali dari
badannya. Yang tinggal cuma CD-nya doang. Melanjutkan prosesi, aku
turunkan bagian belakang CD-nya sampai pantatnya keliatan semua, lalu
aku tekan tulang ekornya dan juga daerah seputar lubangnya (Eh, mau tau
nggak, ternyata pantatnya juga berbulu sampai seputar lubangnya !) Dia
sedikit mengerang waktu aku lakukan itu. Selesai itu, aku naikkan lagi
elastik CD-nya ke pinggang. Aku nggak mau pesta ini terlalu cepat
berakhir.
Aku lalu minta dia untuk buka T-shirtnya. Dia angkat kepalanya
sedikit, ditatapnya mata aku sebentar, lalu dia mengikuti permintaan
aku. Mula-mula dari samping tubuhnya aku memijit tengkuknya, lalu turun
ke bahu, terus ke punggung, Mukanya dipalingkan ke arahku. Matanya !
Rasa-rasanya dia punya mata ngeliatin aku terus, terutama daerah pangkal
pahaku. Sampai saat akan memijat pinggangnya, aku duduki pantatnya.
Sekali-sekali sengaja aku goyangkan badanku, supaya daerah pinggulnya
ikut bergerak. Dia pasti menyukai tekanan dan gesekan yang dialami
kontolnya, soalnya dia mengeluarkan suara-suara keenakan saat aku
melakukan itu. Di tempat-tempat yang aku rasakan ada strain, tentu saja
aku bantu melemaskannya (aku belajar juga tentang ini, dan aku musti
bisa memuaskan klien dong !) Tapi, jujur aku katakan, sesungguhnya ini
proforma saja, sebelum sampai di daerah sasaran utama. Sesekali dia
memuji kepandaianku memijat.
Lalu sampailah pada saat yang ditunggu-tunggu. Aku suruh dia
balikkan badannya. Tanpa tunggu perintah ke dua, dia segera balikkan
badannya. Dan tanpa malu-malu barangnya ngaceng di balik celana
dalamnya. Dia nggak berusaha menutupinya sama sekali. Wow !!! Aku liat
ada sedikit noda basah di celananya. It's his precum
Walaupun aku mulai nggak sabar, aku belum mau menuju daerah
terlarang itu. Aku mau menyisakannya untuk babak terakhir. Aku pijit
dulu bagian dadanya, bagian yang aku sukai dari badannya (sebelum aku
kenal bagian lainnya itu, tentu saja !)
Puting susunya menegang waktu aku urut dadanya yang berbulu itu.
Tanpa bisa ditahan lagi, jariku bermain-main di seputar putingnya itu.
Dia tetep tutup mata, dan nampak tak berkeberatan aku berkelana di atas
badannya.
Sampai di perut, aku mengagumi otot perutnya. Begitu keras! Dan
bonggol-bonggol otot di perutnya begitu seksi walaupun tertutupi dengan
bulu-bulu halus. Karena harus mengurut perutnya dari bawah ke atas, aku
menurunkan sedikit elastik cd-nya. Aku geser sedikit kontolnya ke arah
kiri sehingga dia melintang di dalam CD. Dia nggak berusaha mengelak
waktu aku menyentuh penisnya. Di lubang kencingnya tampak titik bening.
Ternyata memang sudah keluar tuh mani beningnya. Cepat aku selesaikan
urusan pijat di daerah perutnya tanpa ngutak-ngatik penisnya lagi.
Sambil tetap duduk sila di kanan badannya (Waktu dia telungkup, aku
ada di kiri badannya, tapi setelah terlentang tentu ada di kanannya),
aku ambil tangan kanannya. Sengaja kuletakkan jari-jari tangannya di
atas selangkanganku. Aku mulai pijit otot deltoidnya. Wah, dia memang
punya otot yang bagus di seluruh tubuhnya. Rupanya pada awalnya dia
nggak sadar di mana jari-jarinya berada. Belakangan jari-jarinya mulai
meraba-raba celanaku. Kubiarkan saja (memang itu yang aku tunggu !!)
Pindah ke bagian kiri tubuhnya, aku lakukan hal yang persis sama.
Jari-jari tangan kirinya kuletakkan di selangkangan. Kali ini dia lebih
pintar dan lebih aktif meraba-raba. Dia berusaha temukan penisku dan dia
raba dari pangkal sampai ujungnya. Bahkan paha sayapun diraba-rabanya.
Jarinya berusaha memasuki celah celana pendek aku, tapi posisi silaku
menghalangi dia untuk bisa sampai ke sasaran. Oh, yang dia lakukan hanya
menambah sempit celana pendekku saja.
Selesai semua, aku pindah ke bawah. Aku pijat paha depannya.
Berkali-kali aku lihat penisnya berontak minta keluar dari sarangnya.
Lalu tanganku bergerak menuju pinggangnya dan tiba-tiba aku menarik
celana dalamnya ke bawah. Dan, there he was, berbaring telanjang di
kasur kamarku dengan penis ngacung ke atas, berdenyut-denyut seirama
dengan denyut jantungnya !!!
Lalu aku buka kedua pahanya lebar-lebar, aku bergeser mendekat.
Tangan kananku menyusuri paha dalamnya mulai dari lutut dan berakhir di
bijinya. Aku ulurkan tangan kiri aku, aku remas batangnya. Dia
mengerang. Perlahan aku mulai mengurut batangnya yang keras dan hangat
itu, dari atas ke bawah. Nafasnya mulai memburu.
Sementara tangan kananku menari-nari di atas mainan barunya, tangan
kiriku meraih pangkal penisnya dan menegakkan penisnya. Mukaku merunduk
mendekati sasaran. Hidungku segera menangkap aroma laki-laki yang begitu
kuat memancar dari daerah selangkangannya, bau erotik !! Aroma itu
memperbesar gairahku. Nggak sabar, aku buka T-shirtku. Aku hanya tinggal
pakai celana pendek.
Aku jilat lubang kencingnya, rasa asin-asin-licin. Nggak sampai
hitungan menit, kepalanya yang besar dan agak keunguan itu sudah
bersarang di dalam mulut. Kuemut kuat-kuat sampai pipiku kempot. Dia
mengerang lebih kuat. Waktu aku gelitiki daerah V terbaliknya dengan
ujung lidah, dia menggelinjang. Dia tusukkan kontolnya ke dalam mulutku,
sampai-sampai aku harus tahan pinggulnya dengan tangan biar aku nggak
keselek.
Aku lepaskan kepalanya dari mulutku, sejenak aku mengagumi penisnya.
Lebih besar dan lebih seksi dari yang aku bayangkan. Vena-venanya
tampak jelas di permukaan penisnya. Lalu lidahku mulai menyusuri bagian
bawah batangnya. Iseng, aku gelitiki lagi daerah pertemuan batang dengan
kepalanya sampai Ary menggelinjang kegelian.
Lalu aku terus turun sampai ke kantungnya. Geli terasa di seputar
mulut terkena baoknya. Lidahku mulai menjilati bijinya, terus naik ke
pangkal batangnya sampai ujung penisnya. Persis seperti anak-anak lagi
jilat es krim kesukaannya, aku ulang-ulangi kegiatan itu. Kantung ....
batang .... kepala .... kantung .... batang .... kepala ... kantung
.....
(Kata tulisan yg di MOTN itu sih, kegiatan itu nggak akan bikin seseorang cepet keluar !)
Puas begitu, aku kembali lagi ke kepalanya. Aku masukkan seluruh kepalanya ke dalam mulut, lalu aku emut-emut. Dia mengerang. Lalu sedikit demi sedikit
batangnya aku telan. Nggak lebih dari separo barangnya yang 19 cm itu
bisa masuk. Kalau aku coba lebih jauh, rasanya mau muntah. Lidah aku
bergoyang-goyang di dalam, mengelus kepalanya, menyusuri coronanya,
menggoyang-goyang batangnya.
Kemudian aku rasakan tangannya meraih kepalaku dan menekan kepala
aku itu ke bawah. Dia nggak mau dilepaskan lagi. Maju mundur aku
gerakkan kepala aku. Kalau dia angkat pinggul terlalu tinggi aku tekan
dengan tangan aku. Ke luar masuk barangnya di dalam mulutku. Makin lama
makin cepat, makin liar. Untuk menyervis batangnya yang nggak bisa masuk
ke dalam mulut, aku gunakan kedua tanganku. Bergantian naik turun
sampai pangkal batangnya. Erangan, desahan, teriakan tertahan, keluar
dari mulutnya. Makin lama makin kuat, makin tak terkendali. Tangan
kirinya mencengkram bahuku, sementara tangan kanannya menekan kepalaku
lebih ke bawah, menggenggam rambutku. Gerakan mulutku makin cepat,
maju-mundur-maju-mundur. Barangnya keluar-masuk-keluar-masuk. Makin lama
makin cepat. Makin lama makin semangat. Tiba-tiba aku rasakan badannya
mengejang! Pantatnya diangkat tinggi, menusukkan penisnya lebih dalam ke
mulut aku sampai aku tersedak. Dia sudah sampai di finish!
Karena ingin mengulang apa yang pernah kulihat tempo hari dari para
dan aku nggak ingin dia keluar dalam mulut aku (setidaknya tidak malam
itu) aku genggam kuat-kuat pangkal penisnya dengan tangan kiriku.
Kontolnya mengejat-ngejat dalam mulut. Terasa ada denyutan di pangkal
penisnya itu. Aku lepaskan barangnya dari dalam mulut, aku lanjutkan
sedikit menggosok kontolnya dengan tangan kanan, lalu aku acungkan
penisnya tegak lurus ke langit-langit. Waktu aku lepaskan genggaman
tangan kiriku dari pangkal penisnya, semprotan air maninya muncrat
tinggi sekali, kemudian meluncur turun. Sebagian besar mendarat di
perutnya, sisanya kena muka dan rambutku serta seprei kasurku. Kontolnya
masih berdenyut beberapa kali, mengeluarkan sisa muatannya. Lahar putih
mengalir menuruni batangnya yang masih aku acungkan ke atas dan
tertahan di pangkal penisnya yang penuh bulu.
Sekarang giliran aku ! Cepat aku buka celana pendekku. Kontolku
belepotan mani bening. Telanjang, aku lompat ke samping kanannya. Miring
kiri, aku rapatkan badanku yang basah oleh keringat ke badannya yang
juga banjir keringat. Penisku merapat pada pahanya. Dia mengelus-elus
kepalaku. "Bukan kepala atas yang butuh belaian, Ry !", kataku dalam
hati. Lalu tangannya aku ambil dan kutuntun ke bawah, ke tempat barangku
yang sudah nggak sabar menunggu. Dia menggenggam kontolku. Pelan-pelan
dia mulai menggerakkan tangannya sepanjang barangku. Oh, dia mengulangi
lagi kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu. Aku diloconya.
Supaya lebih licin, aku colek mani yang numpuk di perutnya, lalu aku
oleskan ke kontolku sendiri. Dia mengikuti. Dijauhkannya sedikit
badanku dari badannya, kemudian dia duduk. Sambil duduk, diambilnya sisa
air mani di perutnya, lalu dioleskan ke kontolku. Dia mulai lagi ngocok
barangku memakai maninya sebagai pelumas. Nggak butuh waktu lama,
barangku yang sudah lelah menunggu dari tadi langsung bereaksi. Dia
langsung bongkar muatan. Cairan putih kental hangat itu nyemprot tak
terbendung, langsung kena badannya. Sebagian jatuh di kasur.
Lalu kepalanya menunduk. Tangannya meraih kepalaku. Diciumnya
bibirku dengan hangat. "Alex," katanya, "sudah lama aku berharap seperti
ini.". Lalu dia memeluk aku, menindihi badan aku. Dada ketemu dada,
perut ketemu perut, kontol ketemu kontol. Mani aku dan maninya
bercampur. Malam itu kami tidur berpelukan.
"Ah, andai saja aku tau dari dulu bahwa dia juga menginginkan hal yang sama !!! "
Lalu besoknya, dan besoknya, dan besoknya kami selalu mencari
kesempatan untuk bisa sering bersama. Mandi bersama setelah semua orang
pergi, surfing internet bareng, sama-sama terjemahkan cerita di MOTN,
dan masih banyak lagi. May be next time I'll tell you some of our
experiences.
Malam Yang Indah
Malam Yang Indah
Kejadian
tersebut betul-betul tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup.
Karena peristiwa itu adalah pertama kali saya merasakan betapa nikmatnya
di setubuhi sekaligus dijadikan obyek seks oleh tiga pria sekaligus.
Kondisi tempat kost saya yang sangat sederhana bahkan boleh dibilang
sangat tidak memadai membuat semua ini bisa terjadi. Walaupun begitu,
saya sangat menikmati tempat tinggal tersebut karena selain usaha salon
saya bisa sedikit berkembang, para tetangga di sekitar tempat saya
tinggal juga dapat menerima keberadaan saya apa adanya tanpa ada rasa
benci dan menganggap saya sebagai makhluk yang aneh. Mereka pada umunya
sangat baik, saling hormat menghormati dan saling harga menghargai satu
sama lain. Apa yang bisa disumbangkan dari kepandaian yang saya miliki,
saya berikan kepada mereka dengan cuma-cuma tanpa meminta uang
sepeserpun. Bagi saya, asal mereka senang saya pun ikut senang. Misalnya
dalam hal merias pengantin yang sering diadakan di tempat kami tinggal
dan juga kegiatan-kegiatan warga lainnya seperti dalam HUT Kemerdekaan
saya pun ikut terlibat di dalamnya. Hal tersebut membuat hubungan saya
dengan warga sekitar dapat terpelihara dengan baik.
Dengan kondisi seperti ini, saya juga sangat bersyukur karena
kebetulan dikaruniai wajah yang cantik dan tubuh yang seksi sehingga
membuat para pria yang pernah melihat saya akan terkagum-kagum
dibuatnya. Bahkan ada beberapa di antara mereka yang belum tahu kalau
saya adalah waria. Namun ada juga beberapa orang lainnya yang terus
terang ingin meminta saya untuk mau menjadi istri atau pacarnya walaupun
mereka tahu kalau saya adalah waria, sayangnya kebanyakan dari mereka
adalah bapak-bapak yang sudah punya anak dan istri.
"Saya nggak mau bikin rusak rumah tangga orang lain lho Mas..." ujar
saya suatu kali kepada Mas Kurdi yang masih keturunan Arab itu.
Ia begitu memaksa saya untuk jadi istrinya setelah selama dua hari
menginap di kamar saya dan merasakan servis yang luar biasa dari saya.
"Soalnya bukan apa-apa Lin... cara kamu melayani aku itu lho yang
membuat aku kesengsem sama kamu..." rayu Mas Kurdi dengan nada
gombalnya.
"Aku merasa jadi laki-laki yang sesungguhnya dipelukanmu... karena
kamu sangat pandai dan sangat sabar memberi perhatian buatku baik di
ranjang maupun tidak di ranjang..." kata Mas Kurdi mencoba meyakinkanku.
"Iya Mas... tapi Mas Kurdi kan sudah punya istri... nanti gimana
kalau istri Mas tahu suaminya kawin lagi... sama waria lagi..." ujar
saya meluruskan pikirannya.
"Iya betul... tapi saya nggak pernah dapat kepuasan seperti yang
saya dapatkan dari kamu Lin..." kata Mas Kurdi dengan terus memaksa.
Karena saya tidak mau dipaksa, akhirnya Mas Kurdi menyerah juga. Dan
sekarang kalau libidonya sedang naik saja dia datang mencari kepuasan
birahi dari tubuh saya ini.
Setelah menyelesaikan pekerjaan memotong rambut dan merias wajah Bu
Henny pada pukul 18:00 sore, seperti biasa saya langsung pergi mandi.
Pada saat masuk ke kamar mandi sebenarnya saya tidak tahu kalau ada
orang yang sedang mengintip. Namun setelah beberapa guyuran air saya
tumpahkan ke tubuh saya, ada suara yang mencurigakan di atap kamar
mandi. Seketika saya kaget juga, tapi lama-lama saya malah jadi senang
karena ada yang melihat saya mandi. Sengaja saya melakukan
gerakan-gerakan yang erotis untuk membuat si pengintip jadi tambah
nafsu. "Ah.. ah... aaahhh..." saya mendesah sambil memilin-milin puting
payudara saya. Kemudian saya juga menjilati ketiak saya sendiri dan
mengangkat salah satu kaki saya ke atas bak mandi untuk selanjutnya
mulai menusuk-nusukan jari tangan saya ke lobang anus saya secara
perlahan-lahan. Gerakan memilin dan mengusap puting payudara serta
menusuk lobang anus itu membuat saya jadi sangat keenakan. Saya sendiri
paling suka kalau melakukan itu sambil mengkhayal sedang diperkosa oleh
pria yang gagah dan ganteng serta punya kemaluan yang agak besar.
Setelah beberapa saat, akhirnya saya tidak tahan untuk melakukan
masturbasi. Dengan nafas yang terengah-engah karena menahan nafsu dan
kenikmatan, saya mulai menjerit-jerit kecil "Aduh... enaaak sekali...
ahhh... aaahhh... ooohhh... aaahh..." sampai-sampai rasa gelinya terasa
amat sangat di sekujur tubuh yang kemudian mengejang dan akhirnya saya
hanya dapat berteriak "Aaahh... ssshhhssss..." dan cairan putih kental
itu pun muncrat dari kemaluan saya yang beberapa cipratannya tampak
menempel di bulu kemaluan saya yang memang lebat. Akhirnya saya hanya
berharap si pengintip bisa menikmati semua pertunjukan ini.
Malam itu udara terasa sangat panas sekali. Di luar rumah masih
terdengar beberapa orang sedang mengobrol dan terkadang diselingi tawa
dan nyanyi. Sementara saya di dalam kamar yang kecil ini sedang
mendengarkan radio yang sedang menyiarkan lagu-lagu dangdut populer
sambil merapikan beberapa alat kencantikan yang telah saya pergunakan
kerja seharian. Setelah semuanya rapi, sekaranglah waktunya untuk merias
diri sendiri pikir saya. Mulai menata rambut saya yang panjang sebahu,
me-make-up wajah dan memakai parfum yang bisa mengundang birahi
laki-laki. Biasanya kalau sedang kepingin cari tambahan atau ingin cari
kemaluan buat dihisap, saya langsung pilih baju yang seksi dan kemudian
panggil tukang becak minta diantarkan ke lokasi mejeng. Tapi malam itu
rasanya kok malas. Mungkin karena sudah kerja seharian jadi badan
rasanya ingin ditidurkan saja.
Ketika mencoba mau tidur, tiba-tiba pintu ruang depan diketuk orang.
"Mbak Linda... Mbak Linda... malam Mbak..."
"Ya malem... siapa diluar.." kata saya.
"Saya Anto Mbak... mau ngomong sebentar boleh nggak...?" terdengar suara Anto yang memang sudah saya kenal memanggil saya.
"Ia Nto... sebentar ya... ada apa sih kok malam-malam begini..." ujar saya sambil membuka pintu.
Ternyata di luar Anto tidak sendirian. Ia ditemani oleh dua orang laki-laki yang belum saya kenal sebelumnya.
"Ini lho Mbak... teman saya... namanya Giyono dan satunya lagi
namanya Romli katanya mau kenalan sama Mbak... Kalau Mbak nggak
keberatan boleh nggak teman saya ini ngobrol-ngobrol sebentar sama
Mbak... Orangnya baik kok Mbak..." kata Anto berpromosi sambil sedikit
merayu saya untuk segera dapat menyilakan masuk ketiganya.
Walaupun masih lelah tapi hati saya sebenarnya senang juga dengan
kedatangan tamu-tamu seperti mereka ini. Selain cakap-cakap mereka juga
sangat menggairahkan. Setelah dipersilakan masuk dan duduk tak satupun
di antara mereka yang mau memulai bicara.
"Ayo sekarang mau ngobrol apa nih..." kata saya.
Ditanya demikian Giyono baru berani menjawab.
"Sebenarnya saya mau minta maaf Mbak..."
"Lho memangnya kamu salah apa... kok pake minta maaf segala..." jawab saya.
"Eh... eh... sebenernya gini Mbak... saya mau minta maaf soalnya
saya sama Romli ini... tadi sore ngintip Mbak lagi mandi..." katanya
terus terang.
"Oh itu... nggak apa-apa kok... lebih dari ngintip juga nggak apa-apa kok kalo kamu mau..." balas saya tambah ngawur.
"Ah masa Mbak... misalnya apa Mbak..." kata Romli yang tiba-tiba ngomong padahal dari tadi dia cuma diam saja.
"Misalnya nih... ini misalnya ya... itu juga kalo kamu mau lho... kamu bertiga tuh memperkosa saya, gimana... mau nggak...?" tawar saya kepada mereka.
"Wah kalo yang gituan sih nggak usah ditawarin Mbak... kita ke sini emang mau ngentot Mbak..." kata mereka hampir bersamaan.
"Ya kalo begitu ditutup dulu ya pintunya... dan kamu semua saya persilakan untuk memperlihatkan kemampuan kamu masing-masing..." ujar saya dengan penuh semangat.
Akhirnya saya betul-betul dikerubuti oleh tiga laki-laki itu sekaligus. Setelah dengan paksa mereka mendudukkan saya di sofa, mereka bertiga juga dengan rakusnya membuka baju tidur saya sehingga saya langsung telanjang bulat. Karena setiap tidur saya memang tidak pernah memakai BH dan celana dalam. "Gile cing seksi banget nih Mbak Linda... pantatnya bahenol banget... toketnya bener-bener bikin gua nafsu nih..." kata Romli sambil mengisap dan menjilati kedua payudara saya. Sementara itu Anto sudah menjulurkan kemaluannya ke mulut saya dan dia juga ingin dibuat enak. "Ayo Mbak isep Mbak kontol ini Mbak... jilatin deh Mbak... ayo Mbak terrruuusss Mbak... bikin Anto keluar Mbak..." Saya mendengar desahannya makin bernafsu untuk mengisap dan menjilat kemaluan Anto sampai keujung-ujungnya termasuk ke biji pelirnya. Dan yang tidak kalah asyik adalah kelakuan Giyono yang dengan beringasnya mengangkat sekaligus merentangkan kedua kaki saya dan menjilati paha sampai ke pangkal paha serta sasaran akhirnya yaitu lubang pantat saya yang seksi, katanya. Saya betul-betul kegelian dibuatnya. Setelah beberapa menit Romli menjilati payudara, ketiak dan perut saya, Giyono melahap habis tempik saya serta kemaluan Anto yang kelihatannya mau keluar. Tiba-tiba Giyono menyuruh saya untuk tidur telentang. "Ayo Mbak sekarang telentang deh biar saya embat tempik Mbak ya..." Ketika kemaluan Giyono sudah benar-benar masuk ke tempik saya, dia menggenjotnya dengan lincah dan penuh semangat. Saking semangatnya tubuh saya pun ikut bergoyang-goyang keras. Romli juga masih sibuk mempermainkan kedua payudara saya. "Ayo angkat kedua tangan Mbak... biar saya jilatin sekalian ketiak Mbak yang baunya bikin saya pingin ngentot Mbak ini..." ujarnya makin kesetanan. Sedangkan kemaluan Anto semakin cepat mulut saya mengisap maka semakin mengeras dan membesar batang kemaluan itu di mulut saya. Saya jadi yakin ini pasti sudah mau keluar.
"Ayo terus Mbak... terus Mbak... terrruuusss Mbak... aaahhssshh... aaahhssss..." dilepasnya batang kemaluan itu dari mulut saya dan ketika sampai puncaknya, maninya yang asin dan enak itu dimuncratkan kepermukaan wajah saya dan...
"Ccrrreet... crreet... crrreeet..."
"Ah... enak juga peju kamu Anto..." kata saya sambil menelan sisa-sisa sperma yang meleleh dibibir dan pipi saya.
Sementar itu permainan Giyono dan Romli makin seru saja. Bahkan jadi semakin menggairahkan ketika tangan Romli sekarang mulai menjamah kemaluan saya dan mengocoknya secara perlahan-lahan. Dan yang lebih kurang ajar lagi, dia duduki wajah saya dengan pantanya dan ia minta agar batangannya juga dihisap seperti punya Anto. Saya betul-betul tidak berdaya ketika kedua tangan saya direntangkan ke atas dan dipegang kuat-kuat oleh Romli sambil batangannya dimasukkan maju mundur di mulut saya.
"Iya gitu dong... Mbak Linda pinter banget deh... ssshhh... ennnaaakkk Mbak... ennaakkk Mbak... aaahhh..." hanya itu yang keluar dari mulutnya.
Kenikmatan itu bukan hanya dirasakan oleh Romli, saking nikmatnya Giyono pun makin cepat gerakannya dalam menusuk lubang pantat saya. Sambil memegang kedua paha saya ke atas dan kadang-kadang mencubit pantat saya dengan gemasnya dia berujar, "Aduuhhh Mbak... tooloong Mbak... kontol saya udah nggak kuuuaattt... mau keluuuaarrr..." dan...
"Creeet... creet... cret... creeet..." akhirnya air sperma yang sangat banyak itu membanjiri lubang pantat saya.
Ketika kedua temannya sudah duduk lemas karena keenakan "gituan". Romli masih terus menggenjot pantat dan batangannya di mulut saya. Menurut saya dia ini mainnya sangat kasar. Tapi justru itu yang paling saya suka. Setelah puas di mulut saya, dia pindah posisi ke lubang pantat saya. Gerakan-gerakannya main liar saja. Sambil bersetubuh dia mainkan juga kemaluan saya untuk dikocoknya dan terkadang juga dia menggigit puting kedua payudara saya.
"Ayo Mbak kita keluar sama-sama ya..." ujarnya penuh harap.
Setelah beberapa menit saya memang sudah tidak tahan untuk orgasme karena rangsangan-rangsangan hebat yang dibuat oleh Romli di seluruh tubuh saya.
"Mbak mau keluar ya... saya juga Mbak... sebentar... sebentar Mbak... kita sama-sama Mbak... tuuu kaaan Mbak... wah enaaakkk sekaaliii Mbak... saya juga nggak tahan nih... aduuuhhh... ahhhhsshhh... Mbaaakk saya keluaaar Mbaaakk..." teriaknya.
Bersamaan dengan itupun saya akhirnya keluar juga, "Aaahhh... sshhh, gigit tetek saya dong Mas..."
"Creeet... creet... creeet..."
Ah... wah benar-benar malam yang indah buat kami berempat.
Gejolak Cinta Yanto
Gejolak Cinta
Yanto
dengan bersemangat menuju ke kos Dani yang terletak di Jakarta Pusat.
Mereka berdua berkenalan tiga bulan yang lalu dan menjalin hubungan
setelah itu.
Yanto berumur 29 tahun, berkulit putih dan berwajah tampan dengan
lesung pipit dan bibir yang kemerahan, badannya agak langsing, namun
terbilang cukup proporsional. Dani berumur 26 tahun, berbadan kekar,
berkulit gelap dan terlihat sangat macho. Tinggi badannya yang 178 cm
membuatnya terlihat lebih dewasa dari Yanto yang terkesan ABG di usianya
itu. Sebenarnya Dani tidak berwajah tampan, malah beberapa orang
menganggapnya sangar, tetapi Yanto menyukainya karena sikapnya yang
ramah dan baik hati.
Setelah Yanto mengetuk beberapa kali Dani membukakan pintu. Yanto
masuk dan merebahkan diri di kasur menikmati sejuknya AC dan empuknya
ranjang setelah mengarungi panasnya kota Jakarta. Dani hanya tersenyum
melihat tingkah Yanto yang lucu itu, kemudian mendekati Yanto dan
berbaring di sampingnya lalu mengusap rambut Yanto dengan lembut dan
mendaratkan kecupan di kening yang putih dan masih dihiasi butir butir
kecil keringat yang bening.
"Mandi dulu ya?" kata Yanto sambil bangkit menuju kamar mandi.
"Nggak usah", jawab Dani.
"Mandinya nanti aja, lo siram aja badan elo biar lebih sejuk, ntar kebanyakan mandi lo jadi kayak kertas putihnya, ha ha ha. "
"Dasar lo, pantes lo hitam gitu, malas mandi ya"
Yanto masuk ke kamar mandi dan menyiram tubuhnya dengan air shower yang sejuk menyegarkan.
"Kok dia nggak nyusul masuk ya?" pikir Yanto heran, biasanya Dani tidak suka membuang waktu kalo dia sedang di kamar mandi.
Sesaat kemudian setelah mengeringkan badannya, dengan hanya
mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada Yanto keluar dari kamar
mandi. Ternyata Dani sudah menunggu dengan hanya bercelana dalam dan
tanpa memberikan kesempatan menarik Yanto ke pelukan badannya yang kekar
dan melumat habis bibir Yanto yang merah merekah.
"Mmmhh, mm", Yanto kelabakan mendapatkan serangan mendadak itu,
apalagi ciuman Dani yang tidak tanggung-tanggung membuat Yanto sulit
bernapas, ditambah badannya yang kekar mendekap erat badan Yanto yang
bisa dibilang langsing, kecuali dadanya yang lumayan terbentuk. Dani
memberikan kesempatan Yanto bernapas dan mengajaknya menuju tempat
tidur. Di sini ciuman yang dahsyat itu berlanjut, namun Yanto sudah siap
dan melayani dengan baik, bibir Dani yang kehitaman menghisap bibir
kemerahan dan lidahnya menyapu langit-langit dan lidah Yanto yang
membalas dengan hisapan yang membuat keduanya melayang dalam kenikmatan.
Tangan Dani menjelajahi leher, punggung dan pinggang yang putih mulus,
membuat Yanto mendesah menikmati usapan lembut dari tangan yang kekar
berotot di daerah-daerah sensitifnya. Tangan yang lain meremas-remas
pantat Yanto yang padat membukit, mendorongnya sehingga kemaluan Yanto
menekan kemaluannya yang tegak menyembul dari balik celana dalamnya.
Dani melanjutkan ciumannya ke leher Yanto yang mulus, menyapukan
lidahnya dengan lembut ke bagian belakang telinga Yanto dan kemudian
dengan lembut menggigit dan menghisap cuping telinga Yanto.
"Ssshh, ahh, aagghh.." Yanto mendesah merasakan sensasi yang sangat
disukainya itu sambil melingkarkan tangannya di kepala dan leher Dani.
Sementara tangan Dani menjelajah dua bukit kembar yang mempunyai puncak yang diselimuti warna coklat muda.
"Auwhh.." Yanto terpekik kecil ketika tiba-tiba Dani memilin puting
susunya dengan agak kuat, namun rasa terkejutnya segera hilang oleh rasa
nikmat ciuman dan sapuan lidah yang hangat di pangkal lehernya, yang
seakan menimbulkan aliran listrik di seluruh badannya.
Kemudian Dani menunduk, mengusapkan ujung lidahnya ke dada Yanto,
membuat gerakan spiral melingkar yang makin mengecil sampai akhirnya
mengulum dan menghisap puting susu Yanto yang tegak mengeras oleh
rangsangan itu. Dani menggesekkan lidahnya ke kepala puting dan
menghisapnya dengan kuat, melepaskannya lalu menghisap lagi dengan kuat
dan sesekali menggigit dengan lembut puncak bukit kenikmatan Yanto itu.
Yanto dibuat senewen dengan tingkah Dani itu, berbagai sensasi perasaan
berkecamuk di dalam dirinya, pada saat Dani menghisap dengan kuat puting
susunya, seolah-olah ada sesuatu dalam dirinya yang ikut keluar
melayang, membuat Yanto tidak dapat berdiri lagi dengan baik, sehingga
dirinya seolah luruh dalam dekapan Dani yang kuat. Pekikan-pekikan kecil
Yanto malah membuat Dani makin terangsang dan meningkatkan serangannya
ke kedua puting susu Yanto, yang memang merupakan salah satu bagian
tubuh favoritnya. Dani baru menghentikan kegiatannya setelah kedua
puting susu Yanto berwarna kemerahan dan agak sedikit membesar karena
dihisap dengan kuat berkali-kali. Dani kembali mencium bibir Yanto yang
terengah-engah oleh aksinya tadi, dan menikmati kelembutannya tanpa
balasan, karena Yanto pasrah membiarkan bibirnya dikulum dan hanya
mendekap erat badan Dani dan ketika Dani mengecup lehernya Yanto
berbisik, "You are my man, oohh.."
Yanto melepaskan celananya dan celana dalam Dani, kemudian
melancarkan serangan balasan ke dada Dani yang bIdang dengan kulitnya
yang gelap kehitaman, memancarkan kejantanan tersendiri. Aroma badan
Dani memberikan rangsangan yang tidak dapat dilukiskan dan dua bukit
kembar yang dimilikinya seolah dua bukit batu yang keras dan putingnya
yang berwarna hitam mengarah ke sisi bawah luar tiap bagian dadanya.
Yanto mencium dan menghisap setiap bagian dada Dani dan menggigit lembut
putingnya. Kemudian perlahan turun dan menjumpai kemaluan yang tegak
berdiri, terlihat hitam mengkilat karena ereksi yang kuat, dengan
lingkaran kemerahan di dekat kepala penisnya. Batang kejantanan itu
tegak berdiri sepanjang 16 cm dan diameter kepalanya yang mencapai 8 cm
membuat Yanto sangat menyukainya, apalagi bentuknya yang menyerupai ice
cream cone, membuatnya semakin nikmat untuk digenggam dan dikulum. Yanto
mengulum kepala penis Dani yang besar itu dan menghisap precum yang ada
kemudian menyapu lubangnya dengan ujung lidahnya dan terus menyapu
ujung kepala penis itu dengan lidahnya, yang membuat Dani mendesah
merasakan nikmat di batang kejantanannya. Ketika Yanto memasukkan
seluruh kepala kemaluan itu ke dalam mulutnya, sensasi kehangatan yang
lembut menyergap Dani, yang menikmatinya dengan mata terpejam dan kedua
tangannya mengusap kepala Yanto dengan lembut.
Setelah merasakan kenikmatan oral sex dan mencapai tingkat ereksi
yang maksimum, Dani membaringkan Yanto di ranjang dan menyibakkan
kakinya sehingga terlihatlah lubang kenikmatan yang sempit di depan
matanya. Dani segera mendekatkan bibirnya ke lubang yang kemerahan dan mulus tanpa rambut itu lalu menjulurkan lidahnya untuk
merangsangnya supaya dapat menerima batang kemaluannya yang besar. Yanto
tergelinjang tiap kali lidah Dani terjulur mendesak ke dalam lubang
kenikmatannya, membuat gerakan melingkar dan menembus ke dalam
lubangnya. Setelah beberapa saat, Dani menuangkan gel pelicin ke lubang
itu dan menusukkan jarinya ke dalam untuk membasahi bagian dalamnya.
Perlahan Dani mengarahkan kemaluannya ke lubang yang sudah siap menerima dan memberikan kelembutan dan kehangatannya. Kaki Yanto yang lebar mengangkang disandarkannya ke pundak dan batang kemaluan yang sudah memakai kondom itu sedikit demi sedikit mendesak dalam lubang kenikmatan yang sudah mulai berdenyut itu. Yanto meringis menahan sakit ketika kepala penis yang besar itu mendesak terus ke lubang anusnya, dan ketika seluruh kepala itu dapat masuk, keduanya merasakan jepitan otot rektum yang menutup kembali setelah bagian terbesar dari kepala penis itu melaluinya memberikan sensasi yang nikmat dan seolah lubang itu menyedot penis ke dalamnya. Tanpa membuang waktu lagi Dani menanamkan seluruh batangnya ke dalam tubuh Yanto, yang mengerang kecil ketika penetrasi awal itu berlangsung. Segera setelah kehangatan melingkupi seluruh batang kemaluannya, Dani menunduk dan mengulum bibir Yanto untuk mengalihkannya dari rasa sakit oleh desakan penisnya, yang walaupun sudah beberapa kali mereka lakukan, tetap saja saat awal penetrasi Yanto merasakan sakit karena memang ukuran penis yang besar dan ereksi yang kuat membuat penetrasi sangat terasa olehnya.
Kemudian Dani membuat gerakan maju mundur yang lembut, dan sesekali memutar pinggulnya untuk memompa Yanto yang mulai dapat menikmati kehadiran benda asing di dalam lubang kenikmatannya. Setelah beberapa saat melakukan goyangan dan memaju mundurkan penisnya, Dani menanamkan batang kemaluannya dengan kuat ke dalam lubang Yanto, mendorongnya dan memutar pinggulnya untuk mendapatkan penetrasi yang maksimal. Yanto sampai tergelinjang kuat oleh penetrasi ini.
"Ahh, dalam sekali, eghh", tangan Yanto mencengkeram lengan Dani dan kepalanya terdongak karena merasakan hangat dan mulas di perutnya.
Dani melepaskan kaki Yanto dan menindih tubuh Yanto dengan badannya yang kekar, kedua tangannya melingkar di badan Yanto dan mendekapnya erat, sambil mengulum bibir yang merekah dan merangsang itu.
"Mmmh, egghh, mmhh", Yanto kewalahan melayani nafsu Dani yang sedang membara itu, kedua tangannya mencengkeram pundak Dani dan kadang kadang tanpa sadar mencakarnya karena Dani belum mengendurkan penetrasinya dan lebih kuat menggoyang pinggulnya untuk mendesak ke dalam lubangnya. Gerakan melingkar pinggul Dani itu membuat batang kemaluannya yang tegang dan kuat di dalam diri Yanto bergerak mendesak ke segala arah, dan itu membuat sensasi yang luar biasa yang membuat perasaan hangat, mulas, nikmat dan melayang yang sangat hebat dirasakan oleh Yanto.
Setelah Dani mengendurkan tekanannya dan menggerakkan penisnya dengan lembut, Yanto mendesah dan berbisik, "Elo luar biasa, sayang"
Dani tidak menjawab, hanya mengulum lembut bibir Yanto dan menjelajahi lagi leher dan dadanya, yang memberikan rangsangan ganda kepada Yanto. Setelah itu Dani perlahan mengeluarkan penisnya, membimbing Yanto ke kamar mandi, lalu meminta Yanto membelakanginya. Penisnya pun dimasukkannya kembali dan Dani memeluk Yanto dari belakang, siap memberikan sensasi puncak kepada kekasihnya ini. Dengan rangsangan bibir dan tangan ditambah goyangan dan desakan kemaluan di lubangnya, Yanto merasakan kenikmatan yang luar biasa, yang membuatnya serasa melayang di awan-awan.
Dan setelah beberapa saat Yanto mendesah, "Gua mau keluar Dan.."
Dani kemudian menggenggam dan mengocok kemaluan Yanto, mencium dan mengulum leher dan telinga Yanto dan satu tangannya memegang pinggang Yanto untuk menahannya karena dia menggelinjang dengan kuat menggapai puncak kenikmatan birahinya. "Arrghh, hh, hh, ahh. " Yanto pun menyemburkan spermanya, sedemikian kuat sampai mencapai dinding kamar mandi, dan Dani merasakan denyutan yang sangat kuat memijat kemaluannya, dan ketika dia mencoba memaju mundurkan kemaluannya terasa sulit karena jepitan yang sangat kuat dari lubang Yanto yang sedang menggapai orgasme.
Denyutan itu memberikan pijatan hangat yang membuat saraf Dani tak dapat lagi menahan kenikmatan yang menjelang dan sesaat kemudian Dani memancarkan maninya dalam tubuh Yanto dan penisnya berdenyut kuat, memberikan tambahan kenikmatan bagi Yanto yang bisa merasakan dengan jelas denyutan batang kemaluan pasangannya itu. Dani mendekapnya erat, dan mereka berdua menikmati orgasme bersama-sama.
Setelah itu mereka berdua membersihkan diri dan mandi, membungkus kondom yang berisi sperma Dani dalam tisu, kertas dan kantong plastik, lalu membuangnya di tempat sampah.
"Gua bawa pulang aja, buat kenang-kenangan" gurau Yanto.
"Gila lo, ntar gua kasih lagi, nggak usah bawa yang begituan", sergah Dani.
"Ha ha, bercanda lagi", kata Yanto.
Lalu mereka berdua berbaring dan beristirahat setelah melakukan kegiatan yang sangat melelahkan namun sangat menyenangkan juga itu. Yanto terlelap di pelukan Dani yang tersenyum memandang wajah "cute" di dekapannya itu.
Bercinta Dengan Paman Gay
Bercinta Dengan Paman
Ini
adalah penggalan dari salah satu kisah yang pernah saya alami. Sejak
kecil orang tua saya telah membiasakan saya hidup teratur, bersih dan
rapi, sehingga beranjak remaja saya sudah terbiasa hidup teratur, sampai
sekarang saya lebih suka mengerjakan sesuatu sendiri tanpa bantuan
orang lain karena terbiasa sejak kecil begitupun dengan masalah bergaul
aku gak sembarangan bergaul dengan orang lain.
Dari hari ke hari hidupku semakin di hantui dengan segala macam
warna kehidupan tapi saya tetap berusaha eksis dengan mengambil hal-hal
yang sesuai dengan prinsip hidup saya, sejalan dengan bertambahnya usia
terkadang ada hal-hal tertentu tak bisa saya tolak sehingga menimbulkan
variasi dalam cara berbikir saya salah satunya adalah kebutuhan
biologis. Tak terpikir olehku kalo ternyata dari sekian banyak bagian
dari kehidupan semuanya berjalan berkesinambungan, tergantung dari
setiap individu itu sendiri bagaimana dia mengolahnya dan memetik bagian
yang dianggap sesuai dengan selera hidupnya sekeras apapun kita menolak
semuanya terkadang hal itu hanya akan menimbulkan beban batin yang
berkepanjangan tapi jangan kuatir bukankah ada pepatah yang mengatakan
'ada seribu satu macam jalan menuju roma', tidak ada masalah yang tidak
ada pemecahannya jadi jangan kuatir semuanya akan bisa di atasi
sepanjang keingian itu masih ada.
Nama saya Chris, saya salah satu mahasiswa PTN terkemuka di
Indonesia bagian timur sekarang saya berumur 20 tahun perjalanan hidup
saya penuh dengan lika-liku hingga sekarang pahit getirnya kehidupan
saya sudah rasakan, ternyata kehidupan itu tak ubahnya adalah suatu
bentuk metamorfosis dari mahluk yang menjalaninya dan akan mencapai
klimaksnya yang kita sendiripun tidak tau kapan..
Sekarang saya akan mengajak kalian secara mundur (flashback)
mengikuti suatu cerita di masa kecil saya tepatnya ketika saya masih
berstatus murid sekolah dasar, sejak kecil saya suka berdiam diri di
rumah apabila gak ada yang mengajak main saya cenderung di rumah nonton
TV ataupun main game atau mengulang pelajaran disekolah, tak
mengherankan jika nilai rapor saya selalu bagus dibanding dengan
saudara-saudara saya yang lain.
saya punya beberapa Paman yang sangat perhatian dengan saya, katanya
saya beda dengan anak-anak yang lain mereka cenderung nakal dan
urak-urakan, salah satu Paman saya itu bernama yudi ketika saya masih
sekolah dasar Paman saya itu sudah berumur sekitar 25-an. Orangnya
memang sangat baik dia senang mengajari saya matematika begitu pula
dengan pelajaran lainnya sebenarnya dia masih sepupu saya tapi karena
umurnya sedikit jauh diatas saya makanya saya lebih senang memanggilnya
Paman.
Sore itu Ayah dan Ibu kebetulan gak ada di rumah saudara-saudara
yang lain juga gak ada kakak ikut studi tour sedangkan adik ikut les
matematika, saya sendiri sedang mengulangi pelajaran yang tadi saya
dapatkan disekolah, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk saya
memasang telinga dengan baik memastikan apakah benar ada yang mengetuk
pintu.
"Tok.. tok.. tok.." suara pintu terdengar sangat jelas.
"Siapa yach" jawabku sedikit lantang.
"Ini Yudi, Chris" jawabnya dari balik pintu.
mendengar kalo yang menjawab itu Paman yudi aku segera menghampiri pintu dan membukanya.
"Eh, Paman Yudi, masuk Paman!" sambil mempersilahkannya masuk.
Paman Yudi segera menghampiri meja di mana saya belajar lalu diam sejenak memandang buku-buku yang tergeletak tak beraturan.
"Ibu kamu kemana Chris, kamu sendiri yach?" sambil mengutak-atik buku tersebut.
"Iya Ibu ama Bapak keluar Paman, dia gak bilang tuch mau kemana
katanya nanti malam baru pulang" jawabku pelan sambil masih terus
memperhatikannya.
Sore itu Paman sedikit beda, kelihatannya sedikit lebih fres dari
biasanya dibalut dengan baju kemeja dan celana jeans memperlihatkan
postur tubuh yang sangat proporsional ditambah lagi wajahnya yang cakep,
bersih dengan aroma parfum yang maskulin membuatku hanyut dalam
keharuman. Sudah cukup lama aku memperhatikan pamanku selain karena
orangnya baik dia juga senang mengajari saya makanya saya senang setiap
kali dia datang ke rumah.
"Mau ke mana Paman rapi banget".
"Rencananya sich mau keluar tapi kayaknya gak jadi dech" seraya
menganggukkan kepalanya memberi isyarat memanggilku. Akupun lalu duduk
didekatnya.
"Kalo Fery ama Nanda kemana?" tanyanya pelan sambil membaca salah satu buku pelajaranku.
"Fery studi tour Paman sedang Nanda sekarang di sekolah katanya ada les tambahan" jawabku pelan.
Beberapa saat berlalu tiba-tiba di luar jangkauan berpikir saya
tangan Paman telah memegang tanganku dielusnya tanganku pelan dan
sesekali bernafas panjang saya sendiri hanya diam kebingungan dalam
batin saya berkata ada apa dengan Paman, dan kenapa juga saya merasakan
sesuatu yang hangat dan damai. Dibimbingnya tanganku menyentuh pahanya
lalu berhenti disuatu gundukan tepat dibagian tengah dari tubuhnya yang
tidak lain adalah kontolnya sendiri, aku merasakan gundukan tersebut
berdenyut-denyut tegang dan mengeras.
"Kamu sayang Paman gak Chris?".
Aku mengangguk seraya memeluk pamanku, baru kali ini aku bisa
mendekat erat pamanku seolah aku tak ingin melepaskan pelukanku. Entah
kenapa, anak seusia saya pada waktu itu sudah bisa memiliki perasaan
seperti itu.
"Chris, mau bantu Paman gak?" tanyanya dengan bunyi seperti desahan.
"Bantu apa Paman" jawabku polos.
"Kalau kamu memang sayang ama pamam lakukan apa yang Paman
perintahkan" kata Paman seraya mengecup keningku, akupun semakin memeluk
erat pamanku tidak ingin melepaskannya.
Perlahan-lahan pamanku mulai menciumi satu persatu dari bagian
wajahku mulai dari keningku, pipiku dan terakhir tentunya bagian yang
paling sensitif yakni bibirku dilumatnya bibirku dengan mesra, hangat
dan lembut akupun mencoba membalasnya tapi waktu itu aku belum tahu
bagai mana cara berciuman yang asyik aku cuma mengerak-gerakkan bibirku
seadanya untunglah pamanku membimbingku dengan baik sehingga kami berdua
bisa merasakan betapa nikmatnya bibirku dan bibir Paman yang saling
menyatu, nafas Paman semakin memburu gerakan Paman semakin dipercepat
tapi masih dalam keadaan terkontrol sehingga saya tidak kelabakan
jadinya.
Sambil tetap masih dalam keadaan mengulum bibirku yang mungil tangan Paman asyik mengerayangi bagian tubuhku yang lain termasuk adik keciku yang sedikit demi sedikit mulai mengeras. Puas dengan bagian bibirku Paman kemudian meningkatkan permainan lidahnya dengan menjilati bagian tubuhku yang lain leher, dada lalu hinggap di kedua puting susuku yang sedikit kemerahan dipilinnya dengan lembut aku mengeliat menahan rasa geli terkadang aku tertawa saking gelinya tapi asyik juga setelah itu sapuan lidahnya berkelebat lagi ke arah bawah membuka perlahan-lahan celanaku dan segera ditebasnya adik kecilku yang manis dengan lidahnya di lanjutkan dengan tarian lidahnya aku dibawahnya melayang akhirnya adik kecil itu tegang juga meskipun ukurannya kecil pamanku nampaknya sangat menikmatinya.
Pamanku benar-benar hebat dia sangat berpengalaman emosinya terkontrol dengan baik sehingga setiap gerakan yang dilakukan jauh dari sentuhan yang liar sehingga aku juga senang menyambutnya, puas menikmati bagian-bagian tubuhku, Paman berdiri lalu saya melihat Paman membuka satu persatu pakain yang melekat ditubuh seksinya itu dadanya yang terbentuk memberikan kesan yang sangat seksi sekali, putih dengan sedikit bulu halus yang menghiasinya. Tangannya sekarang turun ke bawah dibukanya resleting celananya lalu dipelorotkan celana jeansnya, wow suatu gundukan yang cantik sekali terlihat gundukan itu besar sekali.
"Paman besar sekali adiknya" kataku sambil tertawa kecil.
Paman hanya tersenyum lalu dibukanya cdnya dan tampaklah sebuah meriam yang siap melepaskan tembakan ukurannya sangat besar sekali. Pamanku mengangkat tubuhku kali ini aku menindihnya lalu Paman menyuruh aku menciumnya aku pun melakukannya.
"Aghh..", Paman mendesah lembut akupun semakin melumat bibir pamanku yang kelihatan sangat fresh itu, entah kenapa secara spontan tanpa disuruh oleh Paman aku menjilati leher Paman lalu turun ke lehernya lalu aku merambah ke dada seksinya aku hanya mengikuti apa yang telah dilakukan Paman tadi padaku, desahan Paman datang silih berganti kali aku memilin kedua puting susu pamanku enak juga aku seakan menikmati ice cream lembut dan hangat.
Kali ini pamanku sedikit mendorong kepalaku ke bagian bawah sepertinya menyuruhku untuk mencicipi bagian bawah tubuhnya setelah dadanya lidahku turun ke bagian perutnya kunikmati seadanya lalu aku turun lagi sedikit demi sedikit terasa sekali denyutan-denyutan kontol pamanku pada bagian leherku.
"Hisap Chris, hisap sayang yang itu" sambil memegang kemaluannya lalu dibimbingnya kemaluan itu masuk ke dalam mulutku.
"Aggh.. hisap terus sayang", mata pamanku merem melek mengikuti ritme gerakan hisapanku yang semakin menjadi-jadi meskipun sedikit tidak teratur aku melakukannya namun pamanku tetap menikmatinya tubuhnya menggelinjang hebat. Aku sendiri sangat menikmatinya baru kali ini merasakan sesuatu yang sangat enak, empuk, kenyal, lembut dan hangat seandainya aku disuruh memilih antara ice cream dengan barang milik pamanku aku akan memilih barang milik pamanku itu.
Berapa menit telah berlalu aku masih asyik bercinta dengan pamanku cara pamanku sangat romantis sehingga memberika kesan kalau pamanku juga memberikan kesempatan aku menikmatinya, Posisi kami sekarang berubah Paman memintaku untuk berjongkok di atas tubuhnya kali ini sepertinya Paman ingin mencicipi anusku yang mungil dan lembut tersebut setelah mengolesi sedikit lotion ke kemaluannya, dibimbingnya barang tersebut masuk ke anusku. Agak susah memang, aku merintih beberapa kali karena merasa kesakitan.
"Aghh! Paman, sakit sekali" kataku.
"Paman akan pelan-pelan sayang" balas pamanku.
Setelah beberapa kali mencoba akhirnya masuk juga "Blesstt.." aku merintih kesakitan, untuk beberapa saat Paman tidak bergerak dia asyik membelai dan memainkan adik kecilku agar aku sedikit merasa keenakan ternyata usaha pamanku berhasil setelah itu pinggul pamanku naik turun sehingga kurasakan gesekan di dalam anusku perih tapi aku menikmatinya lantunan bunyi decak dalam anusku sangat berirama aliran darahku terasa terhenti, anusku tertusuk.
"Ahh.." sedikit demi sedikit aku mulai mendesah menandakan aku menikmati permainan pamanku.
Pamanku sepertinya lelah sekarang dia mengubah posisi disuruhnya aku menungging lalu pelan-pelan kembali dia masukkan kontolnya itu ke dalam anusku kali ini sedikit memaksa.
"Agh! sakit.." kali ini aku memekik.
Dengan pelan pamanku menggerakkan pantatnya maju mundur seraya kedua tangannya memelukku, lama kelamaan gerakkannya sedikit di percepat kali ini nafsu pamanku semakin memburu sepertinya dia tidak bisa lagi menahan nafsunya yang kian membara.
"Yeahh.. ahh.." pamanku mendesah hebat.
Desahannya datang silih berganti dan suatu ketika dia segera melepas barangnya dari anusku yang sangat sempit, perih memang.
"Buka mulutmu sayang" ujar Paman sambil mengarahkan kontolnya ke arah mulutku.
Pamanku mengocok kontolnya sendiri lebih cepat dan "Crot.. crot.. crot".
"Ah.. yeahh.. ahh.." pamanku mengerang.
Spermanyapun tumpah ruah di dalam mulutku sebagian lagi jatuh ke badanku, melihat sperma yang begitu banyak tertampung dalam mulutku segera dikulumnya mulutku akupun membalas kuluman itu, kami saling berbagi sperma pamanku itu dalam mulut yang bersatu.
"Apa ini Paman kok asin?" masih sempat kata itu keluar dari mulutku yang polos di kala itu.
"Itu air mani sayang atau pejuh, telan aja enak kok" kata pamanku dengan tersenyum lalu kembali menciumku.
Pamanku bukanlah orang yang ingin memperoleh kepuasan sendiri dalam bercinta segera saja tangannya menjalar ke bagian tubuhku dan meremas adikku lalu mengocok dengan cepat dan cepat lagi, setelah beberapa saat dia mengocok barangku itu aku akhirnya merasakan suatu getaran hebat pada pada bagian penisku berdenyut hebat dan tiba tiba aku merasakan seperti kesetrum tubuhku seperti kejang-kejang terutama pada bagian penisku ternyata aku telah mangalami orgasme meskipun aku tidak mengeluarkan pejuh maklumlah mungkin belum waktunya, pamanku sendiri masih asyik mengocok punyaku lalu aku segera melepaskan tangannya karena aku sudah sangat lemas. Sore itu sungguh terasa menyenangkan kami masih sempat bercanda sebentar sebelum akhirnya Paman pulang.
Meskipum kadang malamnya aku merasakan anusku perih tapi aku masih saja mengulanginya dengan pamanku setiap kali kami ada kesempatan, aku sangat menyukai pamanku namun benarlah kata pepatah ada pertemuan tentu ada pula perpisahan menjelang ujian akhir tingkat SD pamanku juga sudah berangkat ke jakarta sampai sekarang dia masih di sana dan sudah berkeluarga, namun pengalaman bercinta selama beberapa kali dengan pamanku itu sungguh pengalaman yang sangat mengasyikkan, akankah saya alami pengalaman yang lebih seru lagi
Langganan:
Postingan (Atom)